TINTAPUTIH - Museum digital hortikultura segera dibuka di kawasan Tajug Gede Cilodong Kabupaten Purwakarta.
Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan serah terima Museum Digital Hortikultura dan Greenhouse yang dibangun di kawasan wisata religi Tajug Gede Cilodong.
"Kegiatan kali ini adalah serah terima kegiatan museum di lantai dua masjid dan greenhouse," ujar Direktur Perbenihan Hortikultura Kementan, Inti Pertiwi Nashwari beberapa waktu lalu.
Menurutnya pembangunan senilai Rp 15 miliar tersebut sempat mengalami kendala karena anggaran harus mengalami recofusing untuk penanganan pandemi Covid 19. Namun kini pembangunan sudah mencapai tahap akhir dan siap diresmikan.
Sementara itu Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi bersyukur Kabupaten Purwakarta bisa segera memiliki koleksi baru museum digital. Sebelumnya saat Dedi menjadi Bupati Purwakarta telah membangun beberapa museum digital yang kini menjadi primadona.
"Dulu kita begitu berat kumpulkan Rp 5 miliar untuk membangun beberapa museum digital. Nah hari ini kita mendapatkan alokasi cukup besar Rp 15 miliar dari Kementan," ujar Dedi.
Dedi Mulyadi mengatakan keberadaan museum tersebut sebagai upaya pendidikan terhadap masyarakat khususnya generasi muda dan pelajar yang kini minim pengetahuan mengenai pertanian hortikultura.
Di era modern seperti sekarang, museum digital akan mengedukasi mereka untuk mengenal lebih dunia hortikultura melalui media yang menarik dan interaktif.
"Kalau terus seperti ini, anak-anak kita tidak diedukasi, maka kita akan kehilangan generasi yang tidak mengerti pertanian. Sehingga kehadiran ini akan menjadi kawasan edukasi," katanya.
Nantinya, kata Dedi, kawasan Tajug Gede Cilodong akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain terdapat tajug atau masjid yang megah, di kawasan tersebut juga terdapat museum, saung tani, pendopo tani, museum digital hortikultura, greenhouse hingga air mancur menari yang bisa dilihat pada malam hari.
"Sebelum covid kalau air mancur dinyalakan itu kunjungan bisa sampai 30 ribu orang per minggu yang melahirkan perputaran ekonomi. Ada orang jual sate bisa Rp 50 juta per Minggu. Apalagi ini sangat dekat dengan gerbang tol (Cikampek)," ucapnya.
Menurut Dedi kini kawasan wisata edukasi dan religi Tajug Gede Cilodong menjadi tempat yang membanggakan. Betapa tidak, dulu kawasan tersebut dikenal sebagai prostitusi dan warung remang-remang namun bisa diubah olehnya menjadi tempat yang bermanfaat.
"Kesalahan kita selama ini pertanian itu selalu fokus menjual produk, tidak keindahan. Dan saya katakan trend ke depan adalah ekowisata yang menjual keindahan," katanya.
Ia pun meminta Pemkab Purwakarta mengembangkan kawasan yang sudah ada untuk lebih berkembang. Sehingga perputaran ekonomi masyarakat akan berkembang pesat dengan memanfaatkan segala potensi yang ada
Artikel Terkait
Tugas Berat Menanti Kepala Dinas Porabudpar Kota Tasikmalaya
Tuntutan Demo Perangkat Desa di Gedung DPR, Besaran Siltap hingga Dana Pensiun
Sejarah Kota Tasikmalaya, Asal Nama, Julukan, Hingga Peristiwa Penting
DPRD Jawa Barat Ingatkan Tantangan Pembebasan Lahan Tol Getaci
Bupati Garut Terkena Serangan Jantung, Dirujuk ke RS Santosa Bandung
Ditawari Minyakita oleh Petugas Parkir Pasar Cikurubuk, Pedagang Eceran Kebingungan
Wabup Indramayu Lucky Hakim Mundur, Ridwan Kamil : Saya Carikan Solusinya
Tak Bertemu Lucky Hakim Setahun, Bupati Indramayu Bantah Ketidakharmonisan
Pembebasan Lahan Tol Getaci Segera Masuk Wilayah Tasikmalaya
Hore..! Tempat Pembuangan Sampah Depan SDN Argasari Tasikmalaya Ditutup