Hal tersebut dilakukan dengan proses yang terbuka sehingga dapat diawasi oleh setiap pihak.
"Cara seperti ini akan memberikan keuntungan bagi setiap pihak yang terlibat dalam persoalan ini baik bagi Yayasan, eks karyawan Yayasan, maupun Universitas Siliwangi.
Pendekatan seperti ini juga membuka jalan baru arah penyelesaian persoalan Purna Bakti yang selama ini telah dilakukan dengan bertumpu kepada tarik ulur diantara kepentingan setiap pihak," ujar Randi.
Melalui proses seperti ini, kata Randi, hampir dapat dipastikan bahwa setiap pihak akan memberikan persetujuan dan tidak menimbulkan persoalan baru di kemudian hari.
Baca Juga: Kewaspadaan COVID-19 di Kota Tasikmalaya Menjadi Level 2
"Dalam pribahasa Bahasa Sunda, disebut sebagai caina herang laukna benang," ujar alumni Universitas Gadjah Mada ini.
Sementara bila prosenya dilakukan dengan tetap melakukan koordinasi dan pendekatan
terhadap Yayasan Unsil maupun pendekatan hukum, ujar Randi hal itu tidak dijelaskan dengan gamblang dalam paparan.
Apalagi pendekatan hukum yang selama ini telah dilakukan dan belum mampu menyelesaikan persoalan.
Jadi berdasarkan analisa tersebut, skema yang ditawarkan Muradi dinilai lebih memungkinkan untuk direalisasikan.
Apalagi Prof Muradi memberikan kejelasan mengenai waktu penyelesaian, kemungkinan terbesar yang menguntungkan semua pihak, serta proses yang terbuka yang tidak akan membuat persoalan baru di kemudian hari. ***
Artikel Terkait
Guru Besar Unpad Prof Muradi Ramaikan Bursa Pemilihan Rektor Unsil Tasikmalaya
Prof Muradi Sampaikan Optimistisme untuk Kemajuan Unsil
Tokoh Kabupaten Tasikmalaya Beri Dukungan Moril untuk Prof Muradi di Pemilihan Rektor Unsil
Pemilihan Rektor Unsil, Ini Penjelasan Konsep WANGI yang Diusung Prof Muradi
Prof Muradi : 'Social Entrepreneur Dapat Menjadi Solusi Masalah Sosial'
Prof Muradi Ziarah Makam Pendiri Unsil Menjelang Pemilihan Rektor Unsil
Pemilihan Rektor Unsil, Prof Muradi Usung Konsep WANGI